Oleh: Amoye PekeiPekerja sosial di Tanah Papua
FAKTOR-faktor mendasar dalam suatu pembangunan antara transportasi dan informasi dan komunikasi. Tiga faktor ini adalah syarat utama membuka keterisolasian suatu wilayah. Sehingga dalam membangun suatu wilayah, tiga faktor ini bisa menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Indonesia negara berkembang, hal itu menunjukkan bahwa banyak masyarakat golongan bawah atau masih banyak masyarakat golongan lemah atau dibawah garis kemiskinan. Sehingga faktor-faktor arah pembangunan harus ditekankan pada pemenuhan kebutuhan dasar untuk karakteristik masyarakatnya.
Transprotasi dasar, komunikasi dasar, dan informasi dasar. Sehingga arah pembangunan tidak akan bias sasaran karena perencanaan dapat menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.
Perbandingan Dengan Kota Besar di Indonesia
Kota-kota yang ada di provinsi Papua Tengah saat ini tidak masuk dalam kategori kota besar. Misalnya di Timika dan Nabire. Jika saya bandingkan dengan kota-kota di Jayapura dan Makassar, mungkin butuh 50 tahun lagi baru bisa menyamai kota Makassar saat ini, atau butuh 100 tahun lagi baru bisa menyamai kota Jakarta saat ini.
Kota Jakarta atau Makassar sangat padat penduduknya, sehingga arus mobilisasi penduduknya sangat tinggi. Hal ini telah banyak menimbulkan kemacetan. Sehingga pemerintah sudah mulai mencari jalan keluar untuk itu. Melalui transformasi di bidang transportasi.
Kita mungkin pernah ingat, program Trans Jakarta lahir untuk mengatasi penggunaan mobil pribadi supaya kemacetan berkurang. Selain itu, mereka kembangkan jalan dengan sistem buka tutup atau sering dikenal ganjil – genap. Ada juga solusi mengembangkan jalan layang untuk menambah sarana transportasi. Salah satu transportasi di Jakarta yang saat ini lagi dikembangkan oleh perusahaan Cina, yaitu transportasi monorel.
Kebutuhan Sarana Transportasi
Di Papua belum ada masalah paling penting untuk pengembangan sarana transportasi karena masih banyak sarana dasar transportasi masyarakat belum baik. Manajemen transportasi masyarakat, pengelolahannya masih sangat tradisional. Jalan-jalan utama masyarakat belum baik, kualitas pembangunannya jalan dan jembatan masih banyak berorientasi proyek, sehingga kualitasnya sangat buruk.
Banyak anggaran habis di pemeliharaan jalan utama masyarakat. Belum terjadi pembukaan akses jalan baru untuk membuka keterisolasian wilayah di pedalaman belum ada anggarannya.
Monorel Antara Harapan dan Kenyataan
Menurut laporan BPS tahun 2024 yang dirilis September 2024, angka kemiskinan di provinsi Papua Tengah yakni 27,60%. Angka ini turun dibandingkan dengan angka sebelumnya. Walaupun turun, angka ini tertinggi di Tanah Papua. Rincian angka kemiskinan di beberapa kabupaten di Papua Tengah: Intan Jaya 41,66%, Deiyai 40,59%, Paniai 36,59%, Puncak 36,26%, Dogiyai 28,81%, dan Mimika 14,17%.
Angka ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak di provinsi Papua Tengah itu miskin. Termasuk miskin transportasi, artinya banyak orang yang ke pasar jualan, kalau jauh mereka tidak dapat berjualan karena tidak ada jalanan atau angkutan ke pasar karena jarak jauh.
Sehubungan dengan ada perkembangan yang beredar di media sosial terkait program gubernur Papua Tengah untuk mengembangkan transportasi monorel. Saya menilai itu hal yang biasa dalam menangani masalah transportasi di suatu wilayah. Sebagai pekerja sosial yang banyak berhadapan dengan masyarakat bawah, saya ingin menyampaikan ini.
Jika monorel dibangun dari Wami sampai Lagari itu luar biasa akan membantu masyarakat kita agar mereka bawa hasil jualan pakai monorel, dibanding Damri dan taksi karena terbatas. Apakah pemerintah mau menyediakan monorel untuk masyarakat membawa jualan ke pasar pakai monorel? Tetapi jika monorel digunakan untuk kepentingan kelancaran transportasi udara dari kota ke bandar udara, mungkin itu hanya akan menguntungkan masyarakat kalangan atas dan menengah saja. Manfaat dana sebesar itu untuk mengurus monorel akan jadi tidak bermanfaat untuk masyarakat lemah karena pasti bisa manfaat.
Pergalaman dan Perbandingan Wilayah Lain
Berbekal dari pengalaman Barnabas Suebu untuk membangun Ring Road di Jayapura, tetapi banyak yang tidak dukung, padahal baik untuk mengurai kemacetan. Kalau Ring Road jadi mungkin tidak akan terjadi kemacetan di Entrop dan Abepura. Tetapi Lukas Enembe bangun jalan belakang gunung sebagai alternatifnya dengan jalan Ring Road dekat Jembatan Merah.
Saya lihat jalan yang dibangun lewat belakang Waena itu sangat membantu masyarakatnya yang berada di atas gunung-gunung. Saat ini gunung-gunung di Jayapura telah diduduki oleh masyarakat kita dari gunung dan itu sangat membantu masyarakat Papua di kota Jayapura.
Terkait Ring Road, saat ini oleh pemerintah tidak dikelola dengan baik karena butuh anggaran yang besar untuk pemeliharaannya. Walaupun jaraknya hanya 2 KM saja, pemeliharaannya sulit. Ring Road Jayapura kalau banjir pasti ada genangan air. Bayangkan saja, Ring Road bisa banjir, padahal jalan ada di atas.
Saya juga ingat ada pernah lihat beredar di media sosial rancangan tata kota Enarotali. Ada sebuah design rencana bupati Paniai mau mengembangkan kota Enarotali menjadi kota modern. Tata kotanya yang didesain sedemikian bagus, tetapi saat ini Enarotali kota bersejarah itu sudah menjadi kota kumuh, sering banjir dan penuh sampah di pinggir keindahan danau warisan Wisselmeren.
Kesimpulan dan Solusi
Saya juga pernah minta dibantu oleh kandidat gubernur Papua Pegunungan untuk menyusun visi misinya. Saya melihat visi yang dibangun oleh provinsi Papua Pegunungan sangat realistis sesuai dengan konteks wilayahnya.
Mereka lebih menitikberatkan pada pembangunan yang berbasis budaya dan lebih menitikberatkan pada upaya mengurangi daerah konflik. Karena apa gunanya pembangunan, sedangkan masyarakatnya baku bunuh. Saya yang menyusun visi misi itu, jadi saya memahami roh dari pembangunan yang mereka dengungkan di sana.
Berdasarkan pengalaman itu, maka perlu mempertimbangkan nilai peruntukan manfaatnya. Jika hal itu hanya menguntungkan kalangan tertentu tanpa memenuhi kebutuhan masyarakat, sebaiknya ditunda skala prioritasnya. Untuk hal ini baiknya rencanakan secara matang berdasarkan pertimbangan perkembangan wilayah, dan karakteristik masyarakat dan kondisi wilayahnya. Hal ini akan menjadi dasar dalam mengembangkan suatu konsep pembangunan berbasis kebutuhan.
Sebaiknya, pemerintah saat ini urus prioritas pembangunan yang menyentuh masyarakat. Saya masih berharap masyarakat di Obano dapat akses jalan darat, masyarakat di Intan Jaya akses jalan raya lancar ke Nabire, Puncak Jaya dan Puncak lancar ke Nabire. Nabire dan Timika akses lancar jalan darat. Hal-hal ini dasar dari sebuah pembangunan karena masyarakat akan mudah jualan di titik-titik pertumbuhan ekonomi.
Misalnya titik di Deiyai untuk Paniai dan Dogiyai, titik di Intan Jaya untuk masyarakat Puncak dan Puncak Jaya. Sehingga akan ada pusat pertumbuhan wilayah di beberapa titik akan muncul misalnya di Timika, Deyai, Intan Jaya dan Nabire. Untuk hal ini, pemerintah harus membangun penghubung transportasi antara daerah terisolir ke arena pertumbuhan itu.
Proyek monorel boleh ada, tetapi setelah sarana utama yang menghubungkan kampung dan kota terhubung barulah silakan kembangkan proyek monorel sebagai langkah tranformasi transportasi di daerah. Sehingga proyek monorel ini untuk jangka panjang yang bukan masuk prioritas. (***)